Persepsi Berbahaya Untuk Menghentam Islam:

Terorisme

Islam adalah teroris ! Islam agama keganasan ! mungkin itulah yang sering kita dengar daripada lidah-lidah kaum kuffar yang senantiasa berada dalam ketakutan dan kebencian. Mereka takut Islam kembali sebagai adidaya yang bakal mentadbir dunia dan mereka membenci Islam sebagai ideologi kerana mereka akan kehilangan kekuasaan yang selama ini mereka kuasai. Atas sebab inilah Islam telah dijaja diseluruh dunia oleh mereka sebagai agama yang menganjurkan penganutnya untuk melakukan keganasan. Jadi tidak hairanlah istilah terorisme ini menjadi label bagi Islam sebagai salah satu bentuk serangan pemikiran (ghazwatul fikri) yang mereka sedang laksanakan untuk menjauhkan Islam dari kehidupan kaum muslimin.

Apakah itu Terorisme ?

Terorisme, dalam bahasa Arabnya al irhab, adalah masydar yang merupakan musytaq (pecahan kata) dari fi‘il arhab yang beerti "menciptakan ketakutan" (akhaafa) atau "membuat kengerian/ kegentaran" (fazza’a). Makna bahasa ini terdapat dalam firman Allah SWT:

"…(Yang dengan persiapan itu) kalian menggentarkan musuh Allah dan musuh kalian…."[QS Al Anfaal: 60]

Tetapi makna bahasa ini telah dipindahkan kepada makna terminologi (istilah yang baru) Badan Perisikan Amerika dan Badan Perisikan Inggeris dalam sebuah seminar untuk membahas makna "terorisme" pada 1979 telah menyepakati bahawa "terorisme" adalah penggunaan kekerasan untuk melawan kepentingan-kepentingan umum dalam mewujudkan target- target politik.

Setelah seminar tersebut banyak di timbulkan konferensi dan seminar internasional, serta di tetapkan pelbagai hukum dan undang-undang untuk membatasi tindakan-tindakan yang di golongkan sebagai terorisme, untuk menerangkan kategori sebagai gerakan, kelompok atau parti yang melakukan aksi terorisme, serta untuk menentukan negara mana yang menaja terorisme. Semua aturan ini menurut sangkaan mereka adalah dasar untuk mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan bagi memerangi terorisme dan membatasi gerak- gerinya.

Dari tinjauan global, pelbagai undang-undang dan hukum yang berkaitan dengan terorisme, nampak jelas bahawa peraturan ini ternyata tidak mendalam dan tunduk kepada orientasi politik dari dan negara-negara yang membuatnya. Sebagai contoh kita lihat Amerika menganggap pembunuhan Indira Ghandi sebagai aksi terorisme,sementara pembunuhan Raja Faisal dan Presiden Kennedy tidak dianggap aksi terorisme. Contoh lain, Amerika pada awalnya mendakwa pengeboman Pusat Penyelidikan Persekutuan di Oklahama sebagai aksi terorisme. Tetapi telah terbukti bahawa yang melakukan pengeboman adalah kalangan rakyat Amerika sendiri. Pengeboman yang dianggap terorisme kemudian hanya dianggap sebagai "pelakuan jenayah"sahaja.

Amerika secara khusus menyifatkan sebahagian gerakan sebagai "gerakan menentang rakyat", contohnya gerakan revolusi Nikaragua (Zapatista), Tentera pembebasan Irlandia (IRA), dan lain- lain. Para anggota dari gerakan-gerakan ini, ketika ditangkap, diperlakukan sebagai tawanan perang sesuai dengan protokol nombor 1 tahun 1977 dan ditambahkan pada Konvension Genewa. Akan tetapi Amerika mensifati setiap gerakan terorisme. Nama gerakan tersebut pun kemudian dicantumkan dalam daftar organisasi teroris yang dikeluarkan secara periodic oleh Jabatan Luar Negera Amerika. Gerakan ini misalnya adalah sebahagian besar gerakan-gerakan Islam yang ada di Mesir, Pakistan, Palestina, Aljazair, dan lain-lain.

Fakta Terorisme

Sejak dekad 70-an , Amerika memang telah merekayasa pandangan antarabangsa dan religional (di Amerika) untuk melawan terorisme yang kita lihat dan melawan orang yang dianggap teroris. Amerika juga telah mengeksploitasikan aksi-aksi yang dilakukan oleh gerakan politik atau gerakan ketenteraan yang tidak mempunyai hubungan dengan Amerika, mahupun yang dilakukan oleh gerakan yang mempunyai hubungan dengan Amerika (CIA), sebagai mana yang ditunjukkan oleh banyak dokumen yang menerangkan bahwa aksi-aksi yang dicap sebagai terorisme, sebagainya sebenarnya didalangi oleh intel-intel Amerika sendiri, seperti rampasan pesawat TWA di Beirut awal 80-an lalu. Misalnya Amerika telah mengeksploitasikan peristiwa letupan bom Gudang Al Khubar milik Amerika di Saudi, dengan memaksa 40 rekomendasi yang berkaitan dengan usaha memerangi terorisme pada persidangan negara-negara G-7 yang diselenggarakan di Perancis pada 1996 .Kemudian Amerika juga memanfaatkan peristiwa letupan di Pusat Perdagangan Dunia (WTC) di New York, dan Pusat Penyelidikan Persekutuan di Oklahama- bahkan sebelum diketahui siapa bertanggungjawab dengan mengeluarkan undang-undang perlawanan terhadap terorisme yang disetujui oleh Senat Amerika tahun 1997.

Berdasarkan rekomemdasi dan undang- undang tersebut, Amerika dapat menjejaki siapapun atau di mana pun seseorang individu yang telah disyaki sebagai teroris. Amerika berhak menangkap dan menculiknya serta berhak juga menjatuhkan hukuman yang di anggap sesuai baginya seperti penahanan, penyitaan, deportasi atau pencabutan kewarganegaraan, tanpa memberikan hak kepada pihak tertuduh untuk membela diri atau menghadirkan diri dihadapan pengadilan atau di depan Lembaga hakim dan juri.

Amerika lalu melakukan generalisasi sifat terorisme terhadap negara-negara yang merintangi kepentingan- kepentingan Amerika seperti, Korea, China, Irak dan Libya dan banyak lagi gerakan Islam seperti Tanzhimul Jihad, Hammas, dan Jama‘ah Islamiyah di Mesir, serta FIS di Aljazair, dengan memanfaatkan peristiwa- peristiwa pengeboman yang terjadi di Palestin untuk melawan Yahudi, dan aksi-aksi yang terjadi di Aljazair tak lama setelah pembatalan hasil pemilihan raya untuk anggota legislative oleh kalangan tentera.

Berdasarkan undang-undang, keputusan dan rekomendasi yang ada Amerika biasa akan menjejaki dan menghancurkan sesiapa sahaja yang dicap sebagai teroris, samada individu, organisasi, parti-parti ataupun negara dengan menggunakan kekuatan ketenteraan atau pengaruh politiknya untuk melakukan sekatan ekonomi, seperti yang dilakukan terhadap Irak dan Libya. Hal ini telah diungkapkan oleh bekas Menteri Luar Amerika George Schultz yang berkata, "Para teroris itu, bagaimanapun juga mereka berusaha melarikan diri, tetap tak akan dapat menyembunyikan diri."

Kerana Islam telah didominasikan oleh Amerika untuk menjadi musuhnya setelah robohnya komunisme, maka negara- negara Islam menjadi wilayah terpenting yang akan menjadi sasaran Amerika dalam penerapan undang-undang terorisme. Tujuannya adalah untuk mengukuhkan cengkaman Amerika di negeri- negeri Islam itu serta melestarikan agar tetap ada di bawah pengaruh Amerika. Sebab kaum muslimin telah mulai merintis jalan menuju kebangkitan untuk mengembalikan Khilafah yang telah mengerti betul oleh Amerika dan negara-negara kafir yang lainnya, bahawa Khilafah satu-satunya negara yang berkemampuan untuk menghancurkan ideologi Kapitalisme yang di pimpin oleh Amerika.

Oleh kerana itu, hampir-hampir tidak ada satu pun gerakan Islam pada saat ini, kecuali harus bersiap untuk dilabel terorisme oleh Amerika. Begitu pula pelabelan ini tidak dapat dihindarkan oleh gerakan-gerakan dan parti- parti Islam yang sama sekali tidak menggunakan kekerasan untuk mencapai target-targetnya. Sebab Amerika telah menganggap bahawa aktiviti setiap gerakan, parti atau negara yang menyeru kembalinya Islam, adalah aksi teroris yang bertentangan dengan undang-undang antarabangsa. Selanjutnya berdasarkan justifikasi ini, ketentuan yang harus dijalankan oleh negara-negara penanda tangani undang-undang terorisme, Amerika dapat menghimpunkan kekuatan negara-negara tersebut dibawah kepimpinannya untuk memukul gerakan parti atau negara tersebut.

Dari sinilah, kaum muslimin yang tengah berjuang menegakkan kembali Khilafah, yang menjadi sasaran langsung dari langkah politik yang disebut "melawan terorisme", berkewajipan membentuk pandangani umum Dunia Islam dan pandangan antarabangsa dengan membongkar hakikat dengan apa yang dinamakan Undang-undang Terorisme dan hakikat politik Amerika yang digunakan untuk menciptakan hegemoni bahawa Amerikalah sebenarnya yang berada di balik aksi–aksi terorisme yang banyak terjadi di dunia meskipun tuduhannya dilemparkan kepada orang- orang Islam.

Tanggungjawab kaum muslimin

Kaum muslimin pula berkewajipan untuk menjadi representasi Islam dalam segala perbuatan dan tindakannya. Sebab Islam mempunyai metod khusus untuk merealisasikan pelbagai target dan tujuan, yang diantaranya adalah melanjutkan kehidupan Islam dengan cara mendirikan kembali negara Khilafah. Berpegang teguh dengan metod ini, yang tertumpu pada pertarungan pemikiran (ash shira‘ul fikri) dan perjuangan politik (al kifahus siyasi) serta menjauhkan diri dari penggunaan senjata (kekerasan), hakikatnya adalah dengan perpegang teguh dengan metod syar‘i yang dituntut oleh Islam. Jadi, ini bukan kerana takut atau melarikan diri dari dilabel terorisme.

Mereka juga wajib menerangkan bahawa tugas Daulah Islamiyah setelah ia berdiri, tetap terikat dengan syara‘ baik tugas dalam negeri seperti mengatur beraneka ragam urusan rakyat dan menerapkan hudud, mahupun tugasan diluar negeri seperti membawa risalah Islam dengan cara fi sabilillah kepada seluruh umat manusia dan memusnahkan penghalang-penghalang fisik yang merintangi penerapan Islam.

Kemudian mereka wajib pula menerangkan bahawa penerapan Islam oleh kaum muslimin ke atas diri mereka sendiri ataupun untuk beragama lain , tidaklah berdasarkan hawa nafsu kaum muslimin atau untuk mewujudkan kepentingan peribadi mereka, tetapi semata-mata kerana menjalankan perintah-perintah Allah SWT, yang telah menciptakan alam semesta, manusia, dan kehidupan ini, yang telah menuntut manusia untuk menjalani hidupnya sesuai dengan hukum Islam yang diturunkanNya kepada Rasulullah SAW.

Penutup

Label yang diberikan oleh Amerika dan negara-negara lain bahawa Islam adalah terorisme dan kaum muslimin adalah teroris, sesungguhnya adalah predikat tendensius. Predikat ini tidak sesuai dengan fakta yang ada dan juga tidak sesuai apa yang di kehendaki oleh Allah dari ajaran Islam. Allah SWT berfirman:

"Dan tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi alam semesta." [QS Al Anbiyaa`:107]

Firman Allah lagi:

"Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan khabar gembira bagi orang-orang muslim" [QS An Nahl:89]

Rahmat tersebut sesungguhnya akan terwujud dengan penerapan hukum- hukum Islam. Tiada bezanya antara solat dan jihad, antara doa‘ dan menggentarkan musuh, antara zakat dan pemotongan tangan pencuri, antara menolong orang yang dianiaya dan menghukum mati orang yang melanggar kehormatan kaum muslimin. Tiada bezanya kerana semuanya adalah hukum-hukum syara‘ semata, yang wajib diterapkan oleh individu muslim atau oleh institusi negara, masing- masing sesuai dengan faktanya dan pada waktunya secara tepat.

International Islamic and Development Studies