Timor-Timur Santapan Musuh-musuh Islam

 

Tragedi! Itulah ungkapan yang paling tepat untuk menggambarkan keadaan Timor Timur saat ini. Setelah 23 tahun mendapatkan perlakuan sangat istimewa dari pemerintah Indonesia, akhirnya melalui mekanisme pungutan suara yang diselenggarakan dibawah kawalan UNAMET pekan lalu, ternyata lebih dari 78,5% pada 30 Ogos 1999 daripada peristiwa rentetan tersebut, rakyat Timor Timur memilih merdeka daripada tetap menjadi bahagian dari negara Indonesia sekalipun dengan status daerah otonomi yang diperluas.

 

Sebuah paradoks(sesuatu yang bertentangan dengan pendapat yang diterima umum) yang terbuka, AS melalui PBB kini tengah menyiasat kegiatan menjejaki pendapat di Timor Timur. Wilayah yang telah berpenggabungan selama lebih dari 23 tahun dengan Indonesia itu, kini akan menentukan pilihan apakah hendak merdeka memisahkan diri dari RI (republik Indonesia) atau mendapatkan otonomi khusus. Padahal, proses penggabungan wilayah bekas jajahan Portugal kedalam wilayah RI terjadi atas dokongan AS juga. Ketika itu AS berkepentingan untuk menjadikan Indonesia sebagai benteng bagi gerak laju komunis di Asia Tenggara. Kini, pasca runtuhnya komunis, AS justru berbalik menjadikan Indonesia, yang gelora Islamnya semakin nampak, sebagai ancaman. Itulah makna, mengapa AS sangat bersemangat membiayai jejak pendapat itu. AS tentu sangat berkepentingan agar Timor Timur itu merdeka. Kecurangan dan sikap tidak neutral Unamet cukup jelas mengindikasikan hal itu. Diberitakan, Golkar membangkang keras kepada Unamet kerana menemukan bukti bahawa Unamet bertindak tidak neutral. Mereka banyak menyokong kelompok pro-kemerdekaan.

 

Inilah hipokritisme Barat yang dibiayai AS. Mereka akan mendokong setiap perkembangan politik di suatu wilayah selama itu menguntungkan atau setidaknya  membahayakan kepentingannya. Dan sebaliknya akan menolak mentah-mentah bila merugikan. Maka, AS mendokong pembentukan negara Israel, mendokong kemerdekaan negara-negara eks Unit Soviet, menyambut baik hasil pilihan raya di Indonesia setelah terlihat parti-parti nasionalis mendapatkan suara terbanyak yang demi kepentingan itu, mereka pun telah memberikan bantuan dana yang amat besar. AS bukan saja mendokong jejak pendapat di Timor Timur bahkan berdesas-desus untuk melicinkan jalan kearah kemerdekaannya. Sementara di sisi lain, menolak kemerdekaan Dagestan mengingat wilayah ini majoriti muslim. AS juga menolak kemenangan FIS yang parti Islam itu dalam pilihan raya di Aljazair, lantas di Turki AS turut campur-tangan menggulingkan pemerintahan Erbakan kerana dinilai terlalu dekat kepada Islam.

 

Gagalnya proses penggabungan. Bahawa penduduk Timor Timur lebih banyak memilih merdeka, jelas menunjukkan gagalnya proses penggabungan yang selama ini dilakukan. Bila penggabungan rakyat Timor Timur dengan Indonesia berlangsung mantap, tentu mereka tidak akan memilih lepas dari Indonesia sekalipun pilihan merdeka diberikan dan  campur tangan dalam urusan dua negara asing berlangsung intensif. Selama ini proses penggabungan telah dilakukan melalui berbagai aspek, baik aspek pendidikan dan pengajaran, aspek budaya, ekonomi, politik bahkan ideologi. Tetapi ternyata itu semua tidak melenyapkan tekad rakyat Timor Timur untuk merdeka. Bererti proses penggabungan yang dilakukan selama ini hanya menyentuh permukaan saja. Belum menyentuh lubuk hati mereka yang paling dalam. Sehingga mereka masih merasa menjadi orang lain dari rakyat Indonesia. Mengapa?

 

Dari segi aspek yang telah digabungkan masih ada satu lagi yang tertinggal iaitu agama. Padahal dari semua pendorong penggabungan, aspek inilah sebenarnya yang paling menentukan. Bila 92.5% penduduk Timor Timur beragama Katolik, bagaimana mereka boleh merasa bersatu dengan penduduk Indonesia yang mejoriti muslim? Ditambah lagi orang-orang Katolik yang ada di negeri ini nampaknya tidak berusaha menyatukan orang Timor Timur dengan Indonesia, malah sebaliknya, mereka dan dunia internasional yang didominasi oleh kaum kuffar, justeru itu, tolong-menolong mengupayakan agar orang-orang Katolik Timor Timur itu memisahkan diri dari Indonesia yang muslim. Allah SWT berfirman:

 

’Adapun orang-orang yang kafir, sebahagian mereka pelindung bagi sebahagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar’. (Q.S Al-Anfal: 73)

 

sementara itu, dengan semangat dakwah, masih ada kesempatan di masa akan datang untuk menguasai kembali Timor Timur. Selanjutnya wilayah itu akan diperlakukan sesuai aturan Islam. Yang pasti harus tidak diulangi lagi kesalahan yang pernah dilakukan oleh rezim order baru ataupun oleh rezim yang menamakan diri order reformasi ini.

 

Dan Timor Timur adalah salah satu bumi kaya di negeri kaum muslimin terbesar di dunia ini yang kini digigit oleh pihak luar untuk dipisahkan dari tubuhnya yang satu. Semestinya kita semua merenungkan salah satu peringatan Nabi saw:

 

’Akan datang suatu masa, dalam waktu dekat, ketika bangsa-bangsa (musuh-musuh Islam) bersatu padu mengalahkan (memperebutkan) kalian. Mereka seperti gerombolan orang rakus yang berkerumun untuk berebut hidangan makanan yang ada di sekitar mereka.’ Salah seorang sahabat bertanya, Ápakah kerana kami (kaum Muslimin) ketika itu sedikit? Rasul menjawab, ’Tidak! Bahkan kalian waktu itu sangat banyak jumlahnya. Tetapi kalian bagaikan buih di atas lautan (yang terombang ambing). (Ketika itu) Allah mencabut rasa takut kepadamu dari musuh-musuh kalian dan Allah telah menancapkan di dalam hati kalian wahan, yakni cinta dunia dan takut mati.’    (HR. Bukhari, Ahmad dan Abu Dawud)

 

Orang yang cinta dunia dan takut mati tak akan berani berjuang dan siapapun yang tak berani berjuang, maka dia hidup dan mati dalam keadaan hina. Wahai kaum muslimin, di manakah kita sekarang?.

 

Kenapa Timor Timur menjadi santapan  musuh-musuh Islam

 

Mengapakah AS terlalu berkeinginan memberikan kemerdekaan kepada Timor Timur nampak begitu besar? Ada sejumlah hujah yang boleh dikemukakan.

 

 Pertama, AS memerlukan pengkalan tentera strategik untuk kawasan Asia Pasifik pengganti pengkalan Subic dan Clark di Filipina yang beberapa tahun lalu telah ditutup. Timor Timur dalam hal ini menjadi alternatif terbaik. Wilayah ini memiliki akses langsung ke Samudera Hindia dan Lautan Pasifik. Sebagai landasan jet pejuang tempur, pengkalan udara di Baucau sangat memenuhi syarat. Pengkalan yang bertapak di batu karang itu, tidak lagi diragukan kekuatannya. Dari posisinya yang berada di tepi pantai, pengkalan ini juga memberikan akses langsung ke laut lepas tanpa halangan sedikitpun. Jika Timor Timur merdeka, maka AS boleh menekan pemerintahan yang baru, yang berkuasa atas sokongannya, untuk menyediakan tempat bagi pengkalan tenteranya. Dengan pengkalan itu, maka dominasi tentera AS di kawasan Asia pasifik dapat terus dipertahankan.

 

Kedua, Timor Timur dari segi ekonomi termasuk kawasan yang cukup kaya. Celah Timor yang terletak di perairan antara Indonesia dan Australia, telah diketahui banyak mengandungi simpanan minyak mentah. Oleh kerana depositnya cukup besar, ianya menjadi rebutan antara pemerintah RI dan Australia. Disamping itu, Timor Timur dari segi geologi dikenal sebagai daerah yang sangat tua. Pelbagai jenis batuan yang berumur pra-tertier menonjolkan dirinya di berbagai tempat. Dengan keadaan geologi seperti itu, diramalkan bahawa di bumi Timor Timur yang mengandungi cadangan mineral-mineral penting diantaranya uranium. Bila kawasan kaya ini berhasil dikuasai AS melalui penguasa bonekanya yang mudah diketepikan, AS akan turut mendulang kekayaan itu secara mudah sebagaimana yang telah mereka rasakan untuk emas Freeport di Irian Jaya.

 

Ketiga, dengan lepasnya Timor Timur dari pangkuan RI akan menjadi eksperimen awal untuk mengupayakan lagi pelepasan wilayah-wilayah potensi lain, seperti Acheh dan Irian Jaya. Dengan lepasnya wilayah-wilayah itu satu persatu, maka senario AS untuk memecah belahkan Indonesia, dan itu bererti memecah belah negeri muslim terbesar, akan lebih mungkin berhasil. Secara demikian, munculnya ancaman dari negeri berpenduduk muslim terbesar di dunia ini, dapat dikurangkan.

 

Jadi, jelaslah bahwa AS memang mempunyai kepentingan besar terhadap kemerdekaan Timor Timur. Sementara untuk kemerdekaan Dagestan, AS dan Barat tidak punya kepentingan untuk mengakuinya, bahkan merasa akan mendapat banyak kerugian, baik secara politik, ekonomi, mahupun ketenteraan.

 

Dari segi politik, kemerdekaan Dagestan akan memperkukuhkan posisi Chechnya yang dikenali secara de facto telah merdeka, tapi secara de yure kemerdekaan itu belum diakui oleh dunia internasional. Menguatnya Chechnya dan Dagestan bererti melemahnya posisi politik Rusia dan negara-negara Barat di kawasan Kaukasus. Membiarkan kemerdekaan Dagestan, juga bererti sama halnya dengan membiarkan macam bangun dari tidur. Bagi AS dan Barat itu sangat berbahaya. Kemerdekaan Dagestan, menyusul tetangganya Chechnya pada tuntutannya akan memperkuat posisi politik umat muslim di kawasan Kaukasus, kerana di sebelah selatannya ada Azarbeijan yang kini juga tengah dijangkau oleh gerakan Islam. Dan AS pasti tahu tentang hal itu. Maka mereka tidak membiarkan kemerdekaan Dagestan.

 

Secara ekonomi, Rusia dan negara Barat jelas khuatir, kawasan yang kaya barang tambang ini akan dikuasai umat muslim. Apalagi di wilayah ini melintas paip utama yang mengalirkan minyak dan gas dari daratan Rusia ke Laut Kaspia. Membiarkan Dagestan merdeka bererti melepaskan begitu saja daerah yang sangat strategik secara ekonomi.

 

Sedangkan dari sudut tentera, melepaskan penguasaan wilayah Dagestan bererti memberikan peluang menyatunya tiga kekuatan tentera, yakni Chechnya, Dagestan dan Azarbeijan. Dan itu jelas merupakan ancaman yang sangat potensi bagi keberlangsungan negara Rusia di masa akan datang. Dan lagi, membiarkan Dagestan merdeka bererti juga melepaskan gabungan masuk langsung ke Laut Kaspia yang selama ini menjadi daerah yang sangat strategik secara tentera bagi pertahanan Rusia.

 

Khatimah

 

Timor Timur sebenarnya hanya menambah deret panjang bukti tidak tentu fasal bangsa-bangsa imperialis. Sikap politik Barat, Amerika Syarikat khususnya, berkenaan dengan berbagai kejadian, gejolak dan perkembangan politik sangatlah bersifat hipokrit, penuh dengan sifat kemunafikan. Semua tergantung kepada kepentingan mereka. Mereka akan mendokong bila menguntungkan, dan menolak bila sebaliknya. Mengharapkan konsisten sikap mereka adalah sebuah kebodohan yang tercelah.

 

Amat disayangkan bahawa para penguasa di dunia Islam memang telah bertindak bodoh. Mereka masih juga percaya dan mengharapkan belas kasihan Barat. Atau mengharap mereka mahu mendokong perjuangan politik umat muslim di berbagai belahan dunia. Umat muslim haruslah terus berjuang dengan kekuatan sendiri. Dan selalu waspada terhadap langkah-langkah politik Barat yang pandai menipu.

 

Umat muslim juga harus menyedari bahawa penjajahan belumlah berakhir. Benar, bahwa di wilayah-wilayah Islam telah berdiri negara-negara berdaulat. Tapi bila dianalisis secara cermat, negara-negara itu belumlah merdeka secara penuh. Barat terus mencuba untuk mencengkeramkan pengaruhnya di wilayah-wilayah itu baik secara langsung mahupun tidak. Baik di lapangan politik, tentera, ekonomi, pendidikan mahupun budaya. Jadi, perjuangan untuk menuju kemerdekaan yang sesungguhnya masih harus terus dilakukan sampai terwujud cita-cita kesatuan dunia Islam yang berdaulat. Insya Allah.

 

"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman". (Q.s  Ali Imran: 139)

 

International Islamic and Development Studies (IINDS)